10.25.2012

bianglala


Ryn duduk di depan pintu rumah berharap Ara akan dating menjemputnya. Dua minggu sedah mereka tak bertemu. Bahkan minim kabar dari Ara yang membuat Ryn gusar. Apapun yang Ryn lihat dan Ryn dengar semua mengispirasinya. Hanya saja Ara yang terus terbesit dalam pikirannya. Dipandanginya ponsel yang tergelat dingin di sampingnya. Antara iya dan tidak, Ryn ingin menghubunginya lebih dulu. Apakah mengganggu atau tidak, karena Ara memang sedang sibuk-sibuknya.
Ini yang Ryn tak suka dan selalu harus ditolerin, kesibukan Ara tentang bisnis dan kesehariannya. Perhatian yang Ryn mau harus terbagi dan dia harus bersabar untuk itu. “ Apakah sesibuk itu?” Pikirnya. Memang hari bertepatan dengan pernikahan Citra, adik dari Ara. Ryn dalam hati ingin sekali datang, karena statusnya sudah pacar Ara tapi Ara tak mengijinkannya datang. Tak ada senyum sama sekali pada raut wajahnya. Hanya sedih dan tertawa kecil menghibur dirinya sendiri. Tak lama ponselnya bordering, datang sebuah pesan gambar untuknya. Hanya tersenyum lalu menutup pesan itu. Setidaknya, foto yang Ara kirim dengan penampilan barunya saat itu menghilangkan kecemasannya.



Keesokan harinya, hari tetap saja seperti itu dalam keseharian Ryn. Betapa membosankan dan ingin rasanya segera berakhir. Masih saja Ara yang menjadi pikirannya, betapa rindunya dia pada kekasihnya itu. Dia menunggu di depan pintu seperti biasa. Tiba-tiba Ara datang dengan motor matic putihnya berhenti di depan Ryn sambil tersenyum. Wajahnya terlihat letih, namun Ryn tahu bahwa Ara sudah jauh-jauh datang hanya untuknya.
Mereka pergi jalan-jalan sore itu. Terbayar sudah rindu Ryn padanya. Hingga tanpa di sadari malam telah tiba.
“ Ra, kita ke pasar malem yok?? Aku belum pernah ke sana sama sekali.” Rengek Ryn manja. Ara hanya tersenyum. Gadisnya yang manja ini telah membuatnya melewati malam yang indah. Jarang sekali mereka bisa bersama. Ryn begitu antusias ketika masuk dalam area pasar malam itu. Sedderhana memang, mungkin bagi Ara itu hal yang biasa karena bukan pertama kalinya dia ke sana, tapi bagi Ryn ini hal yang menakjubkan. Mimpi kecil dia ketika ryn masih duduk di taman kanak-kanak untuk pergi ke pasar malam tercapai sudah.
Mencoba segala permainan dengan segala tipuannya. Tak ada senyum dan tertawa yang terlewatkan oleh Ryn dan Ara. Hingga tanpa di sadari malam semakin larut. Ara mengantarkannya pulang. Sepanjang perjalanan Ryn tak henti-hentinya bercerita sedangnkan Ara adalah pendengar yang baik untuknya.
“ Makasih ya, Ra.” Kata Ryn mencium tangan Ara ketika Ara akan pulang.
“ Iya, maaf buat kamu menunggu ya sayang. Selamat malam, nice dream ya.” Lanjut Ara mencium kening Ryn. Tersenyum dan berlalu.
Sekalipun itu hal yang kecil tapi wanita akan menyukai apa yang prianya beri dengan ketulusan.