Ryn duduk di
depan pintu rumah berharap Ara akan dating menjemputnya. Dua minggu sedah
mereka tak bertemu. Bahkan minim kabar dari Ara yang membuat Ryn gusar. Apapun yang
Ryn lihat dan Ryn dengar semua mengispirasinya. Hanya saja Ara yang terus terbesit
dalam pikirannya. Dipandanginya ponsel yang tergelat dingin di sampingnya. Antara
iya dan tidak, Ryn ingin menghubunginya lebih dulu. Apakah mengganggu atau
tidak, karena Ara memang sedang sibuk-sibuknya.
Ini yang Ryn
tak suka dan selalu harus ditolerin, kesibukan Ara tentang bisnis dan
kesehariannya. Perhatian yang Ryn mau harus terbagi dan dia harus bersabar
untuk itu. “ Apakah sesibuk itu?” Pikirnya. Memang hari bertepatan dengan
pernikahan Citra, adik dari Ara. Ryn dalam hati ingin sekali datang, karena
statusnya sudah pacar Ara tapi Ara tak mengijinkannya datang. Tak ada senyum
sama sekali pada raut wajahnya. Hanya sedih dan tertawa kecil menghibur dirinya
sendiri. Tak lama ponselnya bordering, datang sebuah pesan gambar untuknya. Hanya
tersenyum lalu menutup pesan itu. Setidaknya, foto yang Ara kirim dengan
penampilan barunya saat itu menghilangkan kecemasannya.
Keesokan harinya,
hari tetap saja seperti itu dalam keseharian Ryn. Betapa membosankan dan ingin
rasanya segera berakhir. Masih saja Ara yang menjadi pikirannya, betapa
rindunya dia pada kekasihnya itu. Dia menunggu di depan pintu seperti biasa. Tiba-tiba
Ara datang dengan motor matic putihnya berhenti di depan Ryn sambil tersenyum. Wajahnya
terlihat letih, namun Ryn tahu bahwa Ara sudah jauh-jauh datang hanya untuknya.
Mereka pergi
jalan-jalan sore itu. Terbayar sudah rindu Ryn padanya. Hingga tanpa di sadari
malam telah tiba.
“ Ra, kita ke
pasar malem yok?? Aku belum pernah ke sana sama sekali.” Rengek Ryn manja. Ara hanya
tersenyum. Gadisnya yang manja ini telah membuatnya melewati malam yang indah. Jarang
sekali mereka bisa bersama. Ryn begitu antusias ketika masuk dalam area pasar
malam itu. Sedderhana memang, mungkin bagi Ara itu hal yang biasa karena bukan
pertama kalinya dia ke sana, tapi bagi Ryn ini hal yang menakjubkan. Mimpi kecil
dia ketika ryn masih duduk di taman kanak-kanak untuk pergi ke pasar malam
tercapai sudah.
Mencoba segala
permainan dengan segala tipuannya. Tak ada senyum dan tertawa yang terlewatkan
oleh Ryn dan Ara. Hingga tanpa di sadari malam semakin larut. Ara
mengantarkannya pulang. Sepanjang perjalanan Ryn tak henti-hentinya bercerita
sedangnkan Ara adalah pendengar yang baik untuknya.
“ Makasih ya,
Ra.” Kata Ryn mencium tangan Ara ketika Ara akan pulang.
“ Iya, maaf
buat kamu menunggu ya sayang. Selamat malam, nice dream ya.” Lanjut Ara mencium
kening Ryn. Tersenyum dan berlalu.
Sekalipun itu hal yang kecil tapi wanita
akan menyukai apa yang prianya beri dengan ketulusan.